FESTIVAL HOLI


Holi atau Festival Warna adalah festival awal musim semi yang dirayakan di India, Nepal, Bangladesh, dan negara-negara berikut yang memiliki penduduk beragama Hindu. Holi dirayakan secara besar-besaran di kawasan Braj di tempat-tempat yang berkaitan dengan Dewa Kresna seperti Mathura, Vrindavan, Nandagaon, dan Barsana. Kota-kota tersebut ramai didatangi wisatawan selama musim festival Holi yang berlangsung hingga 16 hari.

Holi dirayakan pada akhir musim dingin ketika phalgun purnima, bulan purnama terakhir bulan pada bulan phalguna menurut kalender lunar, dan biasanya bertepatan dengan akhir Februari atau awal Maret.

Selain itu, perayaan Holi adalah waktu di mana masyarakat Hindu berdoa bersama pada para dewa untuk memohon kelancaran hidup selama setahun ke depan. Dipercayai juga bahwa bubuk warna-warni melambangkan penghapusan dosa. Biasanya, pada hari penting ini warga India akan mengenakan pakaian berwarna putih.

Selama perayaan berlangsung semua orang boleh ikut serta, tidak ada batasan kasta atau jabatan. Semua berkumpul di jalan-jalan, saling melempar warna dan berdoa. Bahkan yang bukan beragama Hindu pun juga boleh ikut serta. Secara tradisional, warna-warna yang digunakan dibuat dari bunga serta daun tanaman seperti kunyit dan kuma-kuma atau safron.


Tidak cuma bubuk warna yang dijadikan senjata saat saling lempar warna, balon berwarna-warni juga dilempar dari bangunan tinggi yang ada di sekeliling. Balon – balon ini mencipratkan bubuk warna-warni kepada semua orang yang sedang berkumpul di bawah. Mereka yang terkena bubuk warna akan berteriak senang dan melumuri warna yang ada di tubuhnya ke tubuh orang lain. Ritual ini disebut juga dengan istilah Dhulheti, Dhulandi atau Dhulendi.

Sebelum puncak acara tersebut (Dhulheti, Dhulandi atau Dhulendi) ada api unggun yang dinyalakan pada malam sebelum Holi disebut Holika Dahan (kematian Holika) atau Chhoti Holi (Holi kecil).

Perayaan Holi juga memiliki latar belakang mythologi. Konon suatu kali dunia ini dikuasi oleh seorang raja-raksasa, Hiranyakashipu. Ia memproklamasikan dirinya sendiri sebagai Tuhan dan memaksa setiap orang untuk menyembahnya, tapi putranya, Prahlada, tetap bersikeras menyembah Wishnu. Atas perintah Hiranyakasipu, seorang raksasa wanita bernama Holika, yang percaya dirinya imun terhadap api, membawa Prahlada ke dalam api. Konon karena anugrah Wishnu, Prahlada keluar dengan selamat dari api tanpa terbakar sedikitpun, sementara Holika hangus terbakar jadi abu. Hari raya Holi merayakan peristiwa ini.

Comments

Popular Posts